Dan dari Ibnu Mas'ud dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda : 


"Artinya : Tidaklah masuk surga barang siapa yang di dalam hatinya terdapat kesombongan yang sebesar biji dzarah (atom) sekalipun".

 [Hadist Riwayat Muslim bab Imam 91 1/93 dan At-Tirmidzi bab Al-Birru was-shilah 1998-1999 4/360-361]

Dan dalam satu hadits disebutkan :



"Artinya : Ada tiga hal yang dapat membinasakan diri seseorang yaitu : Kekikiran yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti serta seseorang yang membanggakan dirinya sendiri (Ujub)". 

[Hadits ini disebutkan oleh Al-Mundziry dalam kitab At-Targhib wa Tarhib 1/162 yang diriwayatkan oleh Al-Bazzar dan Al-Baihaqi serta disahihkan  oleh Al-albany
Perbezaan Takabur dan ujub menurut syariat adalah:

Takabur - Sikap membanggakan diri, menolak kebenaran dan meremehkan orang lain

Ujub- Sikap membanggakan diri tanpa disertai dengan merendahkan orang lain.

Antara sikap takabur seperti yang kita selalu lihat, apabila dinasihati dan orang yang dinasihati akan mengatakan " siapa engkau hendak nasihati aku?". Inilah tanda-tanda takabur atau sombong. Sementara ujub adalah bermegah-megah dengan kejayaan sendiri tanpa melihat bahawa kejayaan itu adalah anugerah dari Allah subhanahu wa taala dan yang menjadi pemyebab dari kejayaan itu adalah dari hasil sokongan dan bantuan orang lain.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menjelaskan hakikat kesombongan dalam hadits baginda Shallallahu 'alaihi wa salllam :

"Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia". [HR. Muslim, no. 2749, dari 'Abdullah bin Mas'ûd]

Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda "
"Ketika seorang laki-laki sedang bergaya dengan kesombongan berjalan dengan mengenakan dua burdahnya (jenis pakaian bergaris-garis; atau pakaian yang terbuat dari wol hitam), dia mengagumi dirinya, lalu Allah membenamkannya di dalam bumi, maka dia selalu terbenam ke bawah di dalam bumi sampai hari kiamat".
[HR. Bukhari, no. 5789; Muslim, no. 2088; dan ini lafazh Muslim]

Diantara manusia ada yang menilai kejayaan contohnya dalam perniagaan adalah dengan melihat jumlah harta dan kemewahan yang dimiliki. Atau gelaran dan pangkat yang dianugerahi. Inilah antara bentuk kejayaan duniawi yang mana kadang-kala kita tak sedar tentang sikap ujub yang akan lahir dari dalam diri kita. Penonjolan kemewahan yang melampau itu adalah bentuk-bentuk ujub dan apabila kita mula meremehkan orang lain maka itu tanda-tanda sombong atau takabur. Oleh itu perlu berhati-hati dengan penyakit hati yang diharamkan ini.


Justeru itu Allah subhanahu wa taala berfirman ;
"Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin ketinggian (menyombongkan diri ) dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa". [Al-Qashash/28: 83]

"Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba".[Al-Muthaffifin/83: 26]
Oleh itu kejayaan sebenar adalah negeri akhirat dan kita disuruh berlomba-lomba mengejar kemewahan dan kejayaan akhirat. Walaupun demikian tidaklah kita disuruh meninggalkan duniawi. Kita tetap disyariatkan berkerja untuk duniawi kita namun tidaklah itu menjadi keutamaan. Contohnya kekayaan yang
diperolehi dari kejayaan perniagaan sebaiknya diinfakkan atau dibelanja ke jalan Allah seperti bersedekah. Kerana apa yang dibelanjakan ke jalan Allah itu adalah kekayaan sebenar berupa pahala yang melimpah.

Tawakal dapat melindungi diri dari sikap ujub dan takabur.
Menyembah kepada Allah dan bersikap tawakal kepada-Nya adalah merupakan ubat penawar untuk mencegah kedua penyakit yang buruk ini yaitu Ujub dan Takabur.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata : "Seseorang yang melakukan riya' pada hakikatnya ia tak melakukan firman Allah : (Hanya kepada-Mu aku menyembah), dan orang yang bersikap ujub (bangga kepada diri sendiri) pada hakikatnya ia tak melakukan firman Allah : (Hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan) dan barangsiapa yang melaksanakan firman Allah : (Hanya kepada-Mu kami menyembah), maka ia telah keluar dari sikap riya, dan barang siapa yang melaksanakan firman Allah (Hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan), maka ia telah keluar dari sikap ujub".

[Majmu Al-Fatawa 10/277]

Oleh karena itulah Ibnul Qayyim berkata : "Sesungguhnya hati manusia dihadapi oleh dua macam penyakit yang amat besar jika orang itu tidak menyedari adanya kedua penyakit itu akan melemparkan dirinya kedalam kehancuran dan itu adalah pasti, kedua penyakit itu adalah riya dan takabur, maka ubat dari pada riya adalah : (Hanya kepada-Mu kami menyembah) dan ubat dari penyakit takabur adalah : (Hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan)".

[Madarijus Salikin 1/54]

Baca Artikel hadis lain..